Rabu, 16 Juni 2010

Do'a

Terkait dengan doa, ada beberapa pertanyaan yang kerap muncul. Apakah doa itu dilakukan untuk mencegah sesuatu kejadian yang belum diketahui atau yang sudah dikenali tanda-tandanya saja? Seperti bencana di Aceh, apakah kalau sebelum atau setelah dikenali lebih dahulu tanda-tanda atau ciri-ciri akan tsunami, baru kemudian doa itu diperlukan? Atau pada saat jelang kejadian, baru kemudian doa kita panjatkan?
Ataukah doa itu semata-mata sebagai respons atas kejadian yang tidak diinginkan atau untuk cita-cita yang ingin dicapai? Di sinilah doa perlu diposisikan sebagai hal yang tidak saja diperlukan dalam kondisi tertentu, sebab hidup itu sendiri adalah doa.

Doa itu berbeda dengan mantra-mantra. Doa memiliki tempat yang sangat terhormat di dalam Islam. Doa tidak tepat diposisikan semacam “proposal” yang biasanya hanya diajukan kepada pihak tertentu untuk kepentingan tertentu saja, yang kalau diterima atau ditolak, lalu selesai. Sekali lagi tidak!!! Sebab, kepentingan manusia kepada Tuhannya itu adalah setiap saat dan di mana pun serta dalam kondisi apa pun.

Berbeda dengan kepentingan seseorang kepada pihak tertentu, setelah proposal diterima, selesailah perkara proposal, karena kepentingannya terbatas. Sementara manusia, kepentingan untuk dunia dan akhiratnya hampir tidak dapat terukur secara matematika.

Kedudukan doa dalam Islam adalah sebagai media penghubung antara Al-Khaaliq, (Pencipta) dan almakhluuq (yang diciptakan). Aturan doa itu berasal dari Allah melalui contoh yang dilakukan dan dianjurkan para rasul-Nya. Doa dalam Islam dilakukan baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan susah. Baik dalam keadaan sehat maupun dalam kondisi sakit.

Dalam salah satu sabda Nabi saw disebutkan, “Janganlah merasa lemah untuk berdoa, sebab tidak akan binasa orang yang berdoa itu.” (HR Ibnu Hibban).

Sebab, memang doa itu adalah inti ibadah kepada Allah. Oleh sebab itu, Nabi bersabda, “Doa itu adalah inti ibadah.” (HR Tirmizdi).

Dengan demikian, pada Allah tidak menginginkan hambanya berdoa hanya dalam keadaan susah, atau sebaliknya dalam keadaan lapang. Sebab, Allah telah memberikan garis yang jelas. Kelapangan dan kesusahan adalah berkedudukan sama sebagai ujian dalam hidup.

Sebagaimana halnya kehidupan dan kematian berkedudukan seimbang sebagai ujian untuk mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang “terbaik” amal perbuatannya. Dalam keyakinan Islam, pencapaian terhadap segala upaya manusia yang ingin dicapai senantiasa didasarkan pada dua hal secara bersamaan, yaitu usaha dan doa.

Semaksimal apa usaha seseorang dan seperti apa doanya? Adakah kesesuaian antara usaha dan doa? Sudahkah seirama antara usaha dan doa? Siapa tahu, usaha OK, tapi doa diabaikan karena memandang campur tangan Allah itu kecil pengaruhnya dalam pekerjaan kita. Antara usaha dan doa ibarat dua sisi yang mustahil dipisahkan dalam kehidupan keyakinan seorang muslim, sebab manusia hanyalah ciptaan Allah. Manusia, usaha manusia, dan doa manusia adalah satu garis dalam kedudukannya sebagai aturan Allah.

Sebagai contoh, setiap kali memulai suatu jenis kegiatan, mulailah dengan Bismillaah (Dengan nama Allah), dan akhirilah dengan Al-Hamdulillaah (Segala puji bagi Allah). Dalam konteks sederhana ini, sebenarnya telah berjalan seiring antara usaha dan doa. Dua kalimat, Bismillah dan Alhamdulillah adalah kekuatan yang penuh keajaiban apabila diselaraskan dengan semangat doa bekerja dan dalam keyakinan Islam, pencapaian terhadap segala upaya manusia yang ingin dicapai senantiasa didasarkan pada dua hal secara bersamaan, yaitu usaha dan doa. Semaksimal apa usaha seseorang dan seperti apa doanya? Adakah kesesuaian antara usaha dan doa? Sudahkah seirama antara usaha dan doa? Siapa tahu, usaha OK, tapi doa diabaikan karena memandang campur tangan Allah itu kecil pengaruhnya dalam pekerjaan kita.

Antara usaha dan doa ibarat dua sisi yang mustahil dipisahkan dalam kehidupan keyakinan seorang muslim, sebab manusia hanyalah ciptaan Allah. Manusia, usaha manusia, dan doa manusia adalah satu garis dalam kedudukannya sebagai aturan Allah. Sebagai contoh, setiap kali memulai suatu jenis kegiatan, mulailah dengan Bismillaah (Dengan nama Allah), dan akhirilah dengan Al-Hamdulillaah (Segala puji bagi Allah). Dalam konteks sederhana ini, sebenarnya telah berjalan seiring antara usaha dan doa.

Dua kalimat, Bismillah dan Alhamdulillah adalah kekuatan yang penuh keajaiban apabila diselaraskan dengan semangat doa bekerja dan kerja keras. Seperti halnya kekuatan kalimat tauhid kita “Syahadataini”. Dua kalimat yang selain sebagai ucapan tauhid, secara otomatis menjadi doa yang ampuh, karena “kekuatan kata” dan “kedahsyatan pesan” yang terkandung di dalamnya, dan itu telah banyak dibuktikan oleh para pengamalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar