Rabu, 30 Juni 2010

Tempat Cuci Mobil dan Sepeda Motor

Mencuci mocil atau sepeda motor bagi sebagian orang adalah merepotkan. Hal ini menjadi kesempatan kita untuk menawarkan mencucikan kendaraan bermotor mereka ini dan menjadikannya menjadi sebuah peluang usaha dan peluang bisnis. Hanya dibutuhkan modal sedikit dan pengelolaan yang tidak rumit bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk memperhitungkan bisnis ini sebagai alternatif. Kita membutuhkan minimal dua orang pegawai untuk menjalankan bisnis ini bila kita sendiri tidak terlibat didalamnya.
Target Pasar
Target pasar kita adalah pemilik kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, khususnya yang tinggal di sekitar tempat tinggal kita.
Hal-hal Yang Dibutuhkan
Bisnis ini membutuhkan tempat, paling tidak cukup untuk sebuah mobil dan beberapa sepeda motor. Juga kita harus persiapkan peralatan pendukung seperti kompresor, kain lap, selang air dan lain-lain.
Untuk pegawai, tidaklah terlau sulit mencarinya karena tidak diperlukan keahlian khusus. Tetapi meskipun demikian, harus kita memilih karyawan yang mau bekerja keras dan tidak malas. Sebagai imbalan, bisa kita memberikan gaji, atau upah per mobil dan sepeda motor yang selesai dicuci.
Sebagai ilustrasi, harga cuci sepeda motor berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp 5.000,-. Sedangkan untuk mobil berkisar antara Rp 10.000,- sampai Rp 17.500,-. Kita bisa menambahkan semir ban sebagai nilai tambah tanpa biaya tambahan.
Kendala
Tidak begitu banyak kendala dalam melakukan usaha ini kecuali persaingan, karena tetap banyak orang yang tidak ingin repot mencuci sendiri kendaraan mereka.
Tips
Kualitas kebersihan hasil cucian kita akan menjadi pertimbangan utama bagi para pelanggan. Jika kualitas kebersihannya dinilai kurang memuaskan maka mereka bisa mencari alternatif lain. Dan jika memang memuaskan maka mereka akan terus menggunakan jasa kita dan bahkan mempromosikannya ke kawan-kawannya yang lain.
Sebagai penghargaan kepada konsumen dan dalam rangka menarik pelanggan lebih banyak lagi, maka kita bisa memberi bonus/hadiah seperti misalnya setelah sepuluh kali cuci, akan mendapatkan gratis sekali cuci. Hal ini bisa kita tempuh dengan memberikan semacam tanda terima khusus sebagai bukti.
Anda tertarik untuk memanfaatkan peluang usaha dan bisnis cuci sepeda motor dan mobil ini?

Properti

Menggeluti peluang bisnis dan peluang usaha properti atau yang biasa orang sebut real estate agent bisa menjadi pilihan yang menarik untuk dilakukan. Selain tidak membutuhkan modal,cukup mudah untuk dilakukan, tidak menyita waktu, tidak membutuhkan tempat yang paling menarik adalah komisi yang cukup besar menanti. Target Pasar
Target pasar kita adalah orang-orang yang ingin menjual rumah atau properti mereka. Selain itu calon pembeli adalah juga calon konsumen kita.
Hal-hal Yang Dibutuhkan
Tidaklah dibutuhkan banyak hal untuk memulai bisnis ini. Memang akan lebih baik jika kita mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi dan mau bekerja keras. Hampir semua orang dapat menekuni bisnis ini asalkan mempunyai kesabaran dan keuletan.
Pertama, anda perlu mengetahui dimana anda dapat menemukan properti ini, dimana subernya sbb:
  1. Iklan Baris
  2. Memasang iklan (anda katakan bahwa anda adalah investor dengan dana unlimited)
  3. Agen properti (anda dapat menitipkan pesan kepada agent untuk memberitahu anda seandainya ada properti dengan : harga dibawah harga pasar, terdesak untuk menjual, dan ada return minimal 10%
  4. Menyisir 1 wilayah
  5. Teman dan kenalan
  6. Bank
  7. Pengadilan
  8. Klub investasi
  9. Profesional (notaris, badan pertanahan, pengacara, petugas pajak, dll)
Kedua, yang kita lakukan adalah mencari iklan dikoran atau majalah yang membahas tentang iklan properti atau juga dapat dengan cara mendatangi kantor real estate agent yang sekarang sudah banyak seperti Ray White, Century 21 dll. Hal pertama yang anda harus cari adalah properti yang ingin dijual dengan ciri2 tertentu seperti:
  1. Dijual senilai NJOP (biasanya lebih rendah dari harga jual)
  2. Dijual Segera/Cepat
  3. Membutuhkan Uang/Dana
  4. Mau dilelang
  5. Properti usang (seringkali harganya murah)
Keuntungan dari properti dengan ”kondisi istimewa” seperti ini akan memungkinkan kita untuk melakukan negosiasi yang lebih mudah dengan si-pemilk properti. Bila kita telah bertemu dengan pemilk properti maka kita dapat melakukan penawaran dengan harga yang lebih “mahal” dari yang diminta. Agak aneh? Memang dan itu disengaja! Mengapa? Karena dengan “menaikkan” harga  dari yang diminta sipenjual maka kita dapat “meminta” sesuatu dari sipemilik properti. Misalnya kita minta waktu perpanjangan misalnya 3 bulan atau 6 bulan kemudian baru kita bayar (Sedapat mungkin dilengkapi dengan semacam surat perjanjian antara anda dan sipenjual) .
Setelah anda mendapatkan dokumen persetujuan itu maka kita bisa mulai mencari pembeli sehingga anda tidak perlu mengeluarkan uang/modal sendiri. Dengan tenggang waktu 3 – 6 bulan tersebut maka anda mempunyai cukup waktu untuk mencari pembeli.
Untuk lebih menarik si pemilik untuk tetap hanya “terikat” kepada anda maka dapat anda tambahkan dalam perjanjian bahwa anda juga akan “membagi” komisi yang anda terima sebesar 20 – 30 %. Lho kok besar benar? Kenapa tidak, toh anda tidak mengeluarkan modal apapun.
Kendala
Mungkin mencari pembeli dan pemeriksaan dokumen properti  adalah hal yang paling sulit.
Tips
Untuk dokumen properti anda dapat bekerja sama dengan orang yang berkompeten dengan hal ini. Untuk pemasaran dapat anda sebarkan lewat kenalan anda untuk itu anda perlu mempunyai daftar nama yang selalu di tambah atau dengan menggunakan Internet.
Alangkah baiknya jika anda juga membuat kartu nama yang dapat kita bagikan pada saat menawarkan properti yang anda jual untuk membantu bila orang tersebut ingin menghubungi anda.
Anda tertarik dan ingin memanfaatkan peluang usaha dan bisnis properti tanpa modal  ini?

Bengkel Sepeda Motor

Ditahun 2008 ini diprediksi jumlah pengguna sepeda motor akan meningkat menjadi 50 juta unit di seluruh Indonesia. Pertambahan pengguna sepeda motor ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar namun juga tersebar diseluruh Indonesia. Memang saat ini sudah terdapat banyak bengkel sepeda motor disekitar kita namun dengan jumlah sepeda motor yang semakin bertambah maka bengkel-bengkel yang ada tidak mungkin dapat menampung seluruh sepeda motor yang ada. Sehingga alternatif peluang usaha dan peluang bisnis ini menjadi semakin terbuka. Bisnis ini membutuhkan keahlian dan pengetahuan dibidang sepeda motor. Bila seandainya kita tidak mempunyai keahlian ini maka kita dapat menggaji beberapa montir sepeda motor.
Target Pasar
Target pasar dalam usaha ini sangatlah jelas yakni para pengguna sepeda motor.
Hal-hal Yang Dibutuhkan
Hal yang paling utama yang harus kita sediakan adalah tempat. Ukuran yang diperlukan tidak terlalu luas. Cukup untuk penempatan rak display dan untuk beberapa sepeda motor jika terjadi antrian.
Kita dapat memulai usaha ini dengan tiga orang tenaga mekanik dan anda sendiri sebagai pengawas dan pencatat transaksi. Untuk display dan spare-parts kita bisa mencarinya dari agen dan bengkel-bengkel resmi.
Kendala
Didalam usaha ini anda membutuhkan tenaga mekanik yang handal untuk itu dalam tahap pemilihannya harus selektif.
Tips
Kepuasan pelanggan adalah nomor satu dalam usaha ini. Untuk membuat usaha anda mempunyai nilai tambah dan membuat pelanggan anda kembali maka anda dapat meminta kepada pelanggan untuk mengumpulkan bon pembayaran setiap kali mereka melakukan perbaikan di bengkel kita. Apabila jumlah pada bon sudah mencapai jumlah tertentu maka si pelanggan berhak memperoleh potongan harga atas kunjungan berikutnya.
Anda ingin memmanfaatkan peluang usaha dan bisnis bengkel sepeda motor ini? Anda dapat menghubungi:
Peluang Usaha dan Bisnis Bengkel Sepeda Motor
MURAH MOTOR
Anda ingin usaha Toko & Bengkel atau Sales ? Kami suplai sparepart/variasi, peralatan, sekaligus Bimbingan Manajemen secara total !!!
Telp: 024-70787334 atau 081390014065

Pemancingan Udang

Saya yakin banyak diantara anda yang sudah sering mendengar tentang pemancingan ikan bukan? Bagaimana dengan pemancingan udang? Saya pernah melihat satu tempat pemancingan udang di sebuah rumah makan di Bandung. Namun di Jakarta saya belum pernah melihat tempat pemancingan udang ini. Beberapa hari yang lalu saya melihat sebuah tayangan mengenai usaha pemancingan udang di Malaysia. Kolam pemancingan udang tersebut berada didalam sebuah ruangan tertutup alias indoor. Setiap pengunjung dikenakan biaya antara 60,000 – 90,000 rupiah perjamnya dan dapat memancing udang sebanyak-banyaknya.
Ditempat pemancingan udang tersebut juga menyediakan jasa untuk memasak udang secara gratis dan anda dapat menyantap udang hasil pancingan anda di tempat yang sama.
Namun menurut beberapa kawan yang memiliki hobi memancing ternyata memancing udang harus disertai dengan teknik memancing yang sedikit berbeda dari teknik memancing ikan. Hal itu disebabkan karena biasanya udang lebih suka berada didasar kolam pemancingan. Disamping itu udang memiliki anatomi yang agak berbeda dengan ikan sehingga dibutuhkan teknik memancing yang juga agak berbeda. Untuk mengetahui teknik memancing udang maka dapat anda lihat disini.
Peluang usaha dan bisnis pemancingan udang ini cukup menarik karena biasanya bila ada kabar tentang seseorang yang berhasil memancing udang di suatu tempat maka biasanya tempat tersebut dalam waktu singkat akan segera dipenuhi oleh para pemancing udang. Anda tertarik dengan peluang usaha dan bisnis pemancingan udang ini?

Jualan Kostum Bola

Penggemar sepak bola tentu akrab dengan perlengkapan olah raga, dari mulai kaos bola, sepatu bola, dan pernak pernik sepak bola. Namun diantara perlengkapan olah raga sepak bola ini, pernak pernik sepak bola termasuk yang masih jarang dilirik peluang bisnisnya. Seiring dengan semakin meningkatnya penggemar sepak bola, tren berkembangnya bisnis pernak pernik sepak bola juga, semakin meningkat namun pemain usaha ini masih belum terlalu banyak. Sehingga pada saat ini bila anda ingin jadi perintis bisa berpeluang besar untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak. Pernak pernik sepak bola memang termasuk produk segmented sehingga cakupan pasarnya terbatas, karena biasanya konsumennya laki-laki dan hanya mereka yang memang penggila bola. Selain itu juga termasuk dalam bisnis musiman, misalnya lebih diminati pada saat ada momen-momen pertandingan bola seperti piala dunia, piala euro, liga Indonesia dan yang terakhir adalah menjelang kedatangan klub Manchester United ke Indonesia bulan Juli 2009.
Produk pernak pernik sepak bola ini kebanyakan dapat dibeli secara impor dari China, Thailand dan Korea. Sedangkan yang berasal dari lokal berupa kostum sepak bola seperti kaos sepak bola dan sepatu sepak bola. Pertimbangan melakukan bisnis pernak pernik sepak bola impor ini mengingat konsumennya dari golongan soccer mania yang menginginkan pernak pernik yang berkualitas dan sampai saat ini produk pernak pernik bola produksi lokal masih jarang ditemui. Produk pernak pernik sepak bola ini termasuk barang fanatisme sehingga harganya juga tergolong premium dan lebih mengutamakan kualitas.
Variasi produk pernak pernik sepak bola ini dapat berupa kaos bola, gantungan kunci bentuk kaos bola bergambar logo klub, gantungan kunci bentuk karikatur pemain bola dan logo klubnya, asbak besi atau keramik bergambar logo klub, dompet bergambar logo klub, gantungan kunci berbentuk bola bergambar logo dan tulisan klub, stiker kulkas berbentuk logo klub, gantungan kunci bentuk sandal bergambar logo klub, jaket, handuk, tas, mug, jam, topi, bendera, pin dan lain lainnya.

Rabu, 16 Juni 2010

Filosofi Do'a

Secara eksplisit, kita menyadari bahwa Allah-lah Penguasa segalanya. Namun, secara implisit, sering kali sikap dan perilaku kita bertolak belakang. Kita menyepelekan kenyataan itu dengan mengabaikan berdoa, memohon kepada Allah. Menganggapnya tidak terlalu penting. Tidak sungguh-sungguh meluangkan waktu untuk memanjatkan doa. Bahkan tidak jarang, dalam keadaan sulit pun kita hanya memanjatkan doa seperlunya. Kita juga tidak menunjukkan itikad keras untuk belajar memanjatkan doa.

Inilah sebetulnya bentuk kesombongan kita yang kita pendam di dalam alam bawah sadar kita (unconsciousness). Tentu tidak pernah terbetik dalam diri kita untuk menandingi apalagi menantang kekuasaan Allah. Namun, dengan tidak pernah meminta, dengan hanya meminta seperlunya, dengan tidak meminta bantuan, kita sesungguhnya menunjukkan sikap tak bersahabat. Tidak berusaha menegur sapa Allah, Yang Mahakuasa.

Terkabul atau tidak doa kita, yang perlu diperhatikan adalah beberapa hal berikut.
Pertama, Allah Mahatahu atas segala urusan yang terdahulu, sekarang maupun akan datang. Allah juga Mahatahu apa yang terbaik dan terburuk bagi kita. Allah Mahatahu apa yang tampak dan tersembunyi bagi kita. Allah lebih mengetahui daripada diri kita sendiri. “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu,” demikian firman Allah yang tersebar di beberapa surat dalam Al-Qur`an.

Kedua, karena itu, kita harus menguatkan sikap husnuzhan kepada Allah mengenai hasil doa kita. Dikabulkan maupun tidak dikabulkan, Allah Mahatahu yang terbaik untuk kita. Di sini, kita harus mengendalikan hawa nafsu untuk tidak mengikuti perasaan bahwa kita 100 persen tahu apa yang terbaik untuk kita sendiri.

Ketiga, dikabulkannya permintaan kita tentang suatu hal bisa berlaku di dunia maupun di akhirat. Boleh jadi, doa kita tidak dikabulkan di dunia, namun digantikan oleh Allah di akhirat jika kita melakukan doa dengan ikhlas.

Keempat, ukuran untuk menentukan apakah doa kita dikabulkan atau tidak tetap merupakan kuasa Allah. Namun, kita harus tetap memanjatkan doa kepada-Nya tanpa putus. Pandangan kita tentang urusan kita sendiri boleh jadi salah, boleh jadi benar. Hal itu relatif. Sebaliknya, pengetahuan Allah tentang diri kita adalah mutlak benar.
Simak ayat berikut.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216)

Ikhlas

Benarkah ikhlas itu rahasia? Benar, ikhlas itu rahasia antara pelakunya dan Allah SWT. Siapa pun tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah seseorang itu ikhlas atau tidak. Orang lain baru akan tahu kalau seseorang itu ikhlas apabila ia mengaku bahwa dirinya ikhlas, atau Allah SWT berkenan memperlihatkan dampak atau akibat dari keikhlasan seseorang tersebut kepada manusia-manusia sekitarnya, sehingga orang-orang akan dengan mudah mengetahui keikhlasan dari seseorang.

Oleh sebab itu, menjadi sangat mungkin seseorang dalam penampilannya —entah dalam tulisan, dalam pembicaraan, dalam pemberitaan media cetak maupun elektronik, dan seluruh media yang memungkinkan— mengaku bahwa dirinya melakukan semua dengan penuh ketulusan, namun di balik hatinya yang paling dalam, benar-benar menjadi rahasia dirinya dan Allah SWT Yang Maha Mengetahui, Maha Mengawasi, bahkan Maha Mencatat.

Berikut ini ada sebuah hadits yang sangat menarik. Bunyi hadits ini seperti sebuah kisah yang sangat erat hubungannya dengan apa yang sedang kita bicarakan. Mari, kita simak hadits tersebut!

Sulaiman Bin Yasar ra meriwayatkan bahwa sekelompok pemuka penduduk Syam —sekarang bernama Suria— bertanya kepada Abu Hurairah. Mereka berkata, “Wahai tuan guru! Ceritakanlah kepada kami sebuah hadits yang tuan telah dengarkan langsung dari baginda Rasulullah saw.” Abu Hurairah ra menjawab, “Baiklah, Rasulullah saw pernah bersabda, ’Sesungguhnya manusia yang pertama kali kelak akan diadili —pada pengadilan akhirat nanti— adalah seseorang yang mati dalam peperangan (mati syahid). Dihadapkanlah orang tersebut kepada Allah SWT, diajukanlah amal orang tersebut dan Allah pun Maha Mengetahuinya. Kemudian, Allah SWT bertanya, ‘Apa saja yang kamu kerjakan ketika di dunia?’ Orang tersebut menjawab, ‘Saya berperang di jalan-Mu ya Allah, sampai-sampai saya mati terbunuh dan mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu bohong, yang benar kamu berperang supaya kamu dapat dikatakan sebagai ‘pahlawan’, dan mereka telah menyebutmu demikian.’ Lalu, Allah memerintahkan malaikat untuk menyingkirkan orang tersebut dari hadapan Allah SWT dan melemparnya ke dalam neraka.

Ada juga seseorang yang belajar ilmu pengetahuan dan telah bisa mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut kepada orang lain. Ia juga telah bisa membaca Al-Qur`an, lalu dihadapkanlah orang tersebut kepada Allah SWT. Diajukanlah amal orang tersebut kepada-Nya dan Dia-pun Maha Mengetahui. Kemudian, Allah SWT bertanya, ‘Apa yang kamu kerjakan ketika di dunia?’ Orang itu menjawab, ‘Saya belajar ilmu pengetahuan dan telah pula mengajarkannya kepada orang lain. Saya juga telah membaca Al-Qur`an demi Engkau, wahai Allah.’ Allah berfirman, ‘Kamu bohong, kamu belajar ilmu pengetahuan supaya dikatakan sebagai orang pandai, ahli ilmu, ulama, atau intelektual. Engkau membaca Al-Qur`an supaya dikatakan sebagai orang yang mampu membaca Al-Qur`an dengan baik, dan itu semua sudah dikatakan oleh mereka.’ Lalu, Allah memerintahkan malaikat untuk menyingkirkan orang tersebut dari hadapan Allah serta melemparkannya ke dalam neraka.

Setelah itu, ada seseorang yang diberi keluasan harta oleh Allah SWT, lalu dihadapkanlah orang tersebut kepada Allah. Diajukanlah amal orang tersebut kepada-Nya dan Allah pun Maha Mengetahui. Allah SWT bertanya, ‘Apa yang kamu kerjakan ketika di dunia?” Orang tersebut menjawab, “Saya tidak pernah meninggalkan suatu jalan yang Engkau cintai untuk menginfakkan harta pada jalan tersebut, kecuali telah saya infakkan harta yang saya miliki demi Engkau, ya Allah.’ Allah berfirman, ‘Kamu bohong, kamu lakukan semua itu supaya kamu dikatakan orang yang dermawan, dan itu sudah dikatakan oleh mereka.’ Lalu, Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menyingkirkan orang tersebut dari hadapan Allah SWT serta melemparkannya ke dalam neraka.” (HR Muslim)

Kini, kerahasiaan ikhlas itu benar-benar tak seorang pun yang tahu. Keikhlasan tidak akan pernah menjadi rahasia umum, menjadi bukan rahasia lagi, karena suatu rahasia manakala dibeberkan secara gamblang, tentu tidak lagi menjadi rahasia. Keikhlasan yang diungkapkan melalui kata-kata tentu tidak bisa diungkap 100%, karena kata tidak bertulang. Kata sangat terbatas untuk mengungkapkannya. Jadi, kata bisa berbeda dengan yang ada di balik hati yang paling dalam tersebut, baik lebih dari yang sebenarnya atau mungkin juga kurang dari yang sesungguhnya. Sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas.

* Artikel ini dikutip dari buku "Meraih Dahsyatnya Ikhlas"karya Ahmad Hadi Yasin (QultumMedia. 2010)

Khasiat Wudhu

Baru-baru ini, Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan tentang wudhu. Ia mengemukakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka, yaitu sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menghubungkan hikmah wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut.

Ia bahkan merekomendasikan agar wudhu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan. Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Demikian sebagaimana dikutip oleh Prof Dr H Nasaruddin Umar dalam rubrik Hikmah, Ensiklopedia Islam, www.republika.co.id (13/5/2010). Lebih lanjut ia juga menambahkan bahwa ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Sedangkan ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudhu memang bukti-ilmiah-wudhu1daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.

Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.

Di dalam buku Mukjizat Berwudhu karya Drs. Oan Hasanuddin, R.O, Akp, MA. dijelaskan bahwa anggota badan yang dibasuh air wudhu memiliki titik akupresure dan akupunktur yang sangat bermanfaat bagi kesehatan seseorang. Titik-titik tersebut merupakan bagian titik pijat dan akupunktur untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Tidak hanya itu, masih banyak lagi tentang hikmah wudhu, baik yang sudah ditemukan maupun yang belum tergali oleh ahli kesehatan. Hikmah-hikmah ini semakin menguatkan bukti bahwa syariat dari Allah SWT bukanlah hal yang sia-sia untuk diterapkan, tapi justru membawa kemaslahatan besar bagi pelakunya dan semakin meningkatkan keimanan seseorang terhadap kebenaran perintah Allah SWT.

Do'a

Terkait dengan doa, ada beberapa pertanyaan yang kerap muncul. Apakah doa itu dilakukan untuk mencegah sesuatu kejadian yang belum diketahui atau yang sudah dikenali tanda-tandanya saja? Seperti bencana di Aceh, apakah kalau sebelum atau setelah dikenali lebih dahulu tanda-tanda atau ciri-ciri akan tsunami, baru kemudian doa itu diperlukan? Atau pada saat jelang kejadian, baru kemudian doa kita panjatkan?
Ataukah doa itu semata-mata sebagai respons atas kejadian yang tidak diinginkan atau untuk cita-cita yang ingin dicapai? Di sinilah doa perlu diposisikan sebagai hal yang tidak saja diperlukan dalam kondisi tertentu, sebab hidup itu sendiri adalah doa.

Doa itu berbeda dengan mantra-mantra. Doa memiliki tempat yang sangat terhormat di dalam Islam. Doa tidak tepat diposisikan semacam “proposal” yang biasanya hanya diajukan kepada pihak tertentu untuk kepentingan tertentu saja, yang kalau diterima atau ditolak, lalu selesai. Sekali lagi tidak!!! Sebab, kepentingan manusia kepada Tuhannya itu adalah setiap saat dan di mana pun serta dalam kondisi apa pun.

Berbeda dengan kepentingan seseorang kepada pihak tertentu, setelah proposal diterima, selesailah perkara proposal, karena kepentingannya terbatas. Sementara manusia, kepentingan untuk dunia dan akhiratnya hampir tidak dapat terukur secara matematika.

Kedudukan doa dalam Islam adalah sebagai media penghubung antara Al-Khaaliq, (Pencipta) dan almakhluuq (yang diciptakan). Aturan doa itu berasal dari Allah melalui contoh yang dilakukan dan dianjurkan para rasul-Nya. Doa dalam Islam dilakukan baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan susah. Baik dalam keadaan sehat maupun dalam kondisi sakit.

Dalam salah satu sabda Nabi saw disebutkan, “Janganlah merasa lemah untuk berdoa, sebab tidak akan binasa orang yang berdoa itu.” (HR Ibnu Hibban).

Sebab, memang doa itu adalah inti ibadah kepada Allah. Oleh sebab itu, Nabi bersabda, “Doa itu adalah inti ibadah.” (HR Tirmizdi).

Dengan demikian, pada Allah tidak menginginkan hambanya berdoa hanya dalam keadaan susah, atau sebaliknya dalam keadaan lapang. Sebab, Allah telah memberikan garis yang jelas. Kelapangan dan kesusahan adalah berkedudukan sama sebagai ujian dalam hidup.

Sebagaimana halnya kehidupan dan kematian berkedudukan seimbang sebagai ujian untuk mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang “terbaik” amal perbuatannya. Dalam keyakinan Islam, pencapaian terhadap segala upaya manusia yang ingin dicapai senantiasa didasarkan pada dua hal secara bersamaan, yaitu usaha dan doa.

Semaksimal apa usaha seseorang dan seperti apa doanya? Adakah kesesuaian antara usaha dan doa? Sudahkah seirama antara usaha dan doa? Siapa tahu, usaha OK, tapi doa diabaikan karena memandang campur tangan Allah itu kecil pengaruhnya dalam pekerjaan kita. Antara usaha dan doa ibarat dua sisi yang mustahil dipisahkan dalam kehidupan keyakinan seorang muslim, sebab manusia hanyalah ciptaan Allah. Manusia, usaha manusia, dan doa manusia adalah satu garis dalam kedudukannya sebagai aturan Allah.

Sebagai contoh, setiap kali memulai suatu jenis kegiatan, mulailah dengan Bismillaah (Dengan nama Allah), dan akhirilah dengan Al-Hamdulillaah (Segala puji bagi Allah). Dalam konteks sederhana ini, sebenarnya telah berjalan seiring antara usaha dan doa. Dua kalimat, Bismillah dan Alhamdulillah adalah kekuatan yang penuh keajaiban apabila diselaraskan dengan semangat doa bekerja dan dalam keyakinan Islam, pencapaian terhadap segala upaya manusia yang ingin dicapai senantiasa didasarkan pada dua hal secara bersamaan, yaitu usaha dan doa. Semaksimal apa usaha seseorang dan seperti apa doanya? Adakah kesesuaian antara usaha dan doa? Sudahkah seirama antara usaha dan doa? Siapa tahu, usaha OK, tapi doa diabaikan karena memandang campur tangan Allah itu kecil pengaruhnya dalam pekerjaan kita.

Antara usaha dan doa ibarat dua sisi yang mustahil dipisahkan dalam kehidupan keyakinan seorang muslim, sebab manusia hanyalah ciptaan Allah. Manusia, usaha manusia, dan doa manusia adalah satu garis dalam kedudukannya sebagai aturan Allah. Sebagai contoh, setiap kali memulai suatu jenis kegiatan, mulailah dengan Bismillaah (Dengan nama Allah), dan akhirilah dengan Al-Hamdulillaah (Segala puji bagi Allah). Dalam konteks sederhana ini, sebenarnya telah berjalan seiring antara usaha dan doa.

Dua kalimat, Bismillah dan Alhamdulillah adalah kekuatan yang penuh keajaiban apabila diselaraskan dengan semangat doa bekerja dan kerja keras. Seperti halnya kekuatan kalimat tauhid kita “Syahadataini”. Dua kalimat yang selain sebagai ucapan tauhid, secara otomatis menjadi doa yang ampuh, karena “kekuatan kata” dan “kedahsyatan pesan” yang terkandung di dalamnya, dan itu telah banyak dibuktikan oleh para pengamalnya.

Al Ikhlas

Di dalam Al-Qur`an, ada satu surah bernama surah “Al-Ikhlas”. Bunyi lengkap surah tersebut adalah sebagai berikut.

“Katakanlah, ‘Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah tempat bergantung. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Serta tiada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (QS Al- Ikhlas [112]: 1-4)

Surat pendek yang jatuh pada urutan ke-112 dari urutan surat-surat dalam Al-Qur`an ini sangat populer di semua usia, termasuk anak-anak. Salah satu poin yang menarik dari surat yang hanya berjumlah empat ayat ini adalah karena meskipun namanya surat Al-Ikhlas, namun tak satu kata ”ikhlas” pun yang kita temukan di dalamnya.

Ini mengindikasikan bahwa ikhlas itu memang sangat abstrak, bahkan tidak bisa dideteksi oleh alat detektor mana pun, termasuk oleh setan dan iblis. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui perihal keikhlasan hati seseorang. Siapa saja bisa mengatakan, ”Saya melakukannya dengan penuh ketulusan.” Tidak pernah ada larangan untuk mengatakan dan mengungkapkan kata-kata seperti itu. Namun, siapa yang akan mampu mendeteksi kebenaran dari kata-kata tersebut, bila—misalnya—antara kata dan perbuatannya berbeda.

Ketika azan berkumandang, pertanda waktu shalat telah tiba, orang-orang berdatangan menuju masjid. Namun, siapakah yang menjamin bahwa setiap yang datang melangkah ke masjid berniat semata-mata karena Allah? Bisa jadi ada yang datang karena seusai shalat mau berjualan pada jamaah yang shalat di masjid tersebut. Mungkin pula ada yang mau datang ke masjid karena terikat janji pertemuan dengan temannya. Ada pula yang mau datang karena seusai shalat ada pengajian, apalagi seusai pengajian disiapkan santapan berupa kue-kue atau makanan lainnya yang tentu dibagikan secara Cuma-cuma. Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk yang demikian itu.

Idealnya, setiap gerakan dan perbuatan yang kita lakukan, hendaknya dilakukan dengan niat yang penuh semata-mata karena Allah SWT. Mungkin amat sulit dilakukan, terutama di zaman seperti saat ini, zaman ketika pengaruh materialisme amat mengkristal. Namun, sesulit apa pun, tidak berarti tidak bisa dilakukan. Memang perlu latihan yang kontinu, kesabaran yang tak bertepi, ketekunan yang luar biasa dan tentu saja ”perjuangan”. Allah SWT berfirman,

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah [98]: 5)

Kita kembali pada surat Al-Ikhlash. Pada surat tersebut, terdapat teks, “Allah tempat bergantung.” Ya, memang hanya Dia-lah Zat yang pantas dan Mahamampu untuk menjadi tempat bergantung semua yang kita perlukan. Kalau kita menggantungkan harapan kepada orang lain, baik itu orangtua, pasangan hidup, kekasih, dokter, sopir, teman, sahabat, guru, kiai, ajengan, atau apa dan siapa saja, sungguh sebaiknya kita bersiap-siap untuk kecewa, karena orang, barang, atau bahkan institusi itu bukan tempat yang pantas untuk menjadi tempat bergantung sehingga amat sangat berpotensi untuk kecewa dan mengecewakan.

Oleh karena itu, inilah saatnya untuk berlatih secara pelan-pelan tapi pasti agar hati kita tidak lagi bergantung kepada apa pun atau siapa pun, bahkan pada saat di mana pun dan kapan pun. Mari, kita ambil hikmah dari kisah berikut ini!

Marlina Hamidah, sarjana yang baru lulus dari salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta benar-benar kecewa dan stres berat. Itu semua karena teman-teman akrab yang diundangnya tak satu pun yang bisa hadir pada saat acara “pesta kecil” yang sengaja ia adakan menjelang perpisahannya. Pesta lajang istilahnya, karena tak lama lagi ia mau mengakhiri masa lajangnya.

Bambang Budianto benar-benar kecewa dan stres berat, bahkan nyaris gila karena orang yang dipercaya untuk meluluskan dan memuluskan prosesnya mendapatkan status Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima bayaran Bambang tidak kurang dari 35 juta rupiah, ternyata berkhianat. Uangnya habis, dirinya tetap saja tidak menjadi PNS.

Malik juga tak kalah stres dan kecewa lantaran dikibulin oknum polisi yang berjanji meluluskannya untuk memperoleh SIM C. Pada saat memproses secara prosedural untuk memperoleh SIM C tersebut, ternyata ia dinyatakan tidak lulus. Padahal, ilmu mengendarainya sudah sangat hebat. Kok, tiba-tiba muncul sang oknum tersebut menawarkan jasa lewat jalan pintas. Malangnya, meski telah mengikuti tawaran sang oknum, ternyata ia tidak lulus juga.

Silakan melakukan sensus sendiri di sekitar kita. Berapa banyak cowok maupun cewek yang stres berat, frustrasi tak terkira, sakit hati, kecewa berat karena diputus sang kekasihnya? Tentu saja kita boleh meminta tolong kepada orang lain, tetapi jangan terlalu berharap sehingga menggantungkan harapan hanya kepada pertolongan orang tersebut. Proses meminta tolong kepada orang lain tetap dijalankan, namun hati kita tetap penuh harap dan pasrah sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.

Inilah rahasia surat Al-Ikhlas. Lakukan segalanya sepenuh hati, sepenuh jiwa hanya untuk Allah SWT semata. Hanya Dialah Zat Yang Mahasempurna, Mahapantas untuk menerima curahan hati dan doa-doa kita. Dia-lah Zat dengan 99 Al-Asmaul Husna-Nya. Kita bisa ketuk, kita dapat memanggil dengan menyebut nama-Nya yang kita perlukan, sesuai kebutuhan kita.

* Artikel ini disarikan dari buku “Meraih Dahsyatnya Ikhlash” terbitan QultumMedia, 2010. Buku karya Ahmad Hadi Yasin ini akan membimbing Anda menjadi seorang mukmin yang ikhlas (mukhlish) sehingga mencapai kehidupan yang diridhai Allah SWT dan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Pilih Miskin Atau Kaya ??

"Demi Allah, saya tidak takut dengan kemiskinan kalian, akan tetapi saya takut jikalau dunia menjadi lapang bagi kalian sebagaimana umat sebelum kalian sehingga mereka saling memperebutkannya."
Rasulullah saw bersabda,

"Demi Allah, saya tidak takut dengan kemiskinan kalian, akan tetapi saya takut jikalau dunia menjadi lapang bagi kalian sebagaimana umat sebelum kalian sehingga mereka saling memperebutkannya."

Gejala inilah yang nampak di tengah-tengah masyarakat kita. Sebuah pola hidup baru bagi sebuah masyarakat agraris. Gotong royong lambat laun pupus oleh egoisme individu yang berkembang. Kejujuran hilang ditutupi dengan kebohongan. Persaudaraan sulit ditemukan kecuali di dalamnya terdapat uang. Kesombongan menggeser sifat lugu, sopan, dan ketawadhuan. Perubahan cara pandang ini selanjutnya mengubah gaya hidup masyarakat.

Akan tetapi, jika masyarakat kita tidak berusaha untuk mencari kekayaan duniawi ini, masyarakat kita akan menjadi masyarakat bawah yang lemah dan mudah diombang-ambingkan. Rasulullah saw bersabda,

"Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah dari pada seorang mukmin yang lemah."

Dengan logika sederhana pun, seseorang pasti akan membenarkan hadits ini. Logika ini membentuk sebuah asumsi, jika umat ini ingin menjadi besar sudah saatnya meninggalkan idealismenya menuju pada hal-hal yang pragmatis. Kita harus membangun rumah sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, dan lembaga-lembaga lain yang memiliki tujuan membantu kehidupan umat. Untuk melaksanakan hal tersebut tidak mungkin terlaksana dengan finansial yang lemah.

Beranjak dari pemikiran ini, manakah yang lebih baik antara orang miskin yang sabar dengan orang kaya yang bersyukur? Seorang idealis mungkin akan memilih poin pertama, sebaliknya orang yang pragmatis akan memilih poin yang kedua. Pertanyaan ini terlihat sederhana, tetapi tidak mudah untuk menjawabnya. Bahkan, para ulama telah berselisih pendapat mengenai hal ini. Abu Ishaq bin Syaqilan, Qadhi Abu Ya'la, dan para pengikutnya mengatakan bahwa orang miskin yang bersabar itu lebih baik. Sebaliknya, Ibnu Qutaibah dan jamaahnya berpendapat bahwa orang kaya yang bersyukur lebih baik.

Jika kita runut ke belakang, kita akan temukan orang-orang miskin yang sabar, bahkan yang berpredikat nabi sekalipun. Mereka adalah Isa bin Maryam as, Yahya bin Zakaria as, Ali bin Abi Thalib, Abi Dzar Al-Ghifari, Mush'ab bin Umair, dan Salman AI-Farisi. Sedangkan orang-orang kaya yang bersyukur, di antaranya Ibrahim as, Ayub as, Dawud as, Sulaiman as, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubeir, Sa'ad bin Muadz ra, dan masih banyak lagi. Lalu mana yang paling baik?

Kalau kebenaran kita sandarkan hanya kepada akal, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Tetapi jika standar kebenaran adalah Al-Qur`an, jawaban tersebut sangat jelas. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian" (QS Al-Hujurat: 13). Lalu, seperti apa takwa yang diinginkan Islam? Kalau kita kembali runut dalam Al-Qur'an jawabannya akan semakin terlihat. Allah SWT berfirman,

"Maka bertakwalah sesuai kadar kemampuan kalian." (QS At-Taghabun: 16)

Artinya, stressing point dari lafal "takwa" adalah proses, dalam hal ini adalah usaha. Yakni, usaha seorang hamba untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (QS AI-Hasr: 7). Artinya, kebaikan bukan terletak pada kaya-miskinnya, tetapi lebih pada syukur dan sabarnya. Bertolak dari hal ini maka kita akan temukan golongan ketiga yang sangat sulit untuk dicari pada zaman ini. Golongan ini mendapat dua predikat sekaligus; miskin dan kaya. Karena kesederhanaannya golongan ini terlihat miskin, di sisi lain merupakan golongan orang yang berada dengan pendapatan yang melimpah. Dia adalah Nabi kita Muhammad saw. Wallahu a'lam.

* Artikel ini dikutip dari buku “Menjadi Pemenang Saat Diuji Allah” yang ditulis oleh Riri Atmajaya (QultumMedia: 2010).

Minggu, 13 Juni 2010

Menanggapi Musibah

Sebagai agama sempurna, Islam memberikan pedoman lengkap guna menyikapi segala macam peristiwa, baik suka
maupun duka. Sabda Nabi SAW,"Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin, karena semua keadaannya baik
baginya, dan itu tidak terjadi pada siapa pun kecuali pada orang mukmin. Jika dia mendapat kelapangan dia bersyukur,
maka itu baik baginya. Jika dia ditimpa kesulitan dia bersabar, maka itu pun baik baginya." (HR. Muslim).

Pedoman Islam itu antara lain menyangkut bagaimana menyikapi musibah. Oleh ulama musibah didefinisikan sebagai
"segala apa yang dibenci yang terjadi pada manusia" (kullu makruuhin yahullu bi al-insan) (Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-
Wasith, h. 527)
Bagaimana pedoman Islam dalam menyikapi musibah seperti ini? Bagi shahibul musibah (yang terkena musibah) Islam
memberikan pedoman sikap antara lain :

1. IMAN DAN RIDHO TERHADAP KETENTUAN (QADAR) ALLAH

Kita wajib beriman bahwa musibah apa pun seperti gempa bumi, banjir, wabah penyakit, sudah ditetapkan Allah SWT
dalam Lauhul Mahfuzh. Kita pun wajib menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridho). Allah SWT berfirman :
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS al-Hadid [57]
: 22)

Kita pun wajib menerima taqdir Allah ini dengan rela, bukan dengan menggerutu atau malah menghujat Allah SWT.
Misalnya dengan berkata,"Ya Allah, mengapa harus aku? Apa dosaku ya Allah?" Hujatan terhadap Allah Azza wa Jalla ini sungguh kurang ajar dan tidak sepantasnya, sebab Allah SWT berfirman :
"Dia [Allah] tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (QS al-Anbiyaa` [21] : 23)

2. SABAR MENGHADAPI MUSIBAH

Sabar, menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain, adalah menahan diri terhadap apa-apa yang Anda benci (alhabsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu). Sikap inilah yang wajib kita miliki saat kita menghadapi musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah, kita mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun ). Allah SWT
berfirman :
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" . (QS al-Baqarah [2] : 155-156)

Dengan demikian, sabarlah ! Jangan sampai kita meninggalkan sikap sabar dengan berputus asa atau berprasangka buruk seakan Allah tidak akan memberikan kita kebaikan di masa depan. Ingat, putus asa adalah su`uzh-zhann billah (berburuk sangka kepada Allah) ! Su`uzh-zhann kepada manusia saja tidak boleh, apalagi kepada Allah.
Memang, orang yang tertimpa musibah mudah sekali terjerumus ke dalam sikap putus asa (QS 30 : 36). Namun Allah SWT menegaskan, sikap itu adalah sikap kufur, sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS Yusuf [12] : 87) .

3. MENGETAHUI HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) di balik musibah, akan memiliki ketangguhan mental yang
sempurna. Berbeda dengan orang yang hanya memahami musibah secara dangkal hanya melihat lahiriahnya saja. Mentalnya akan sangat lemah dan ringkih, mudah tergoncang oleh sedikit saja cobaan duniawi.

Hikmah musibah antara lain diampuninya dosa-dosa.
Sabda Rasulullah SAW :  "Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Muslim yang mati tertimpa bangunan atau tembok akibat gempa, tergolong orang yang mati syahid.
Sabda Nabi SAW :
"Orang-orang yang mati syahid itu ada lima golongan; (1) orang yang terkena wabah penyakit tha’un, (2) orang yang
terkena penyakit perut (disentri, kolera, dsb), (3) orang yang tenggelam, (4) orang yang tertimpa tembok/bangunan dan
(5) orang yang mati syahid dalam perang di jalan Allah." (HR Bukhari dan Muslim)
"Akan diampuni bagi orang yang mati syahid setiap-tiap dosanya, kecuali utang." (HR Muslim).
Hikmah lainnya ialah, jika anak-anak muslim meninggal, kelak mereka akan masuk surga.
Sabda Nabi SAW :
"Anak-anak kaum muslimin [yang meninggal] akan masuk ke dalam surga." (HR Ahmad)

4. TETAP BERIKHTIAR
Maksud ikhtiar, ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya - bahaya yang muncul akibat musibah. Jadi kita tidak diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang.
Beriman kepada ketentuan Allah tidaklah berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS ar-Ra’du [13] : 11)

Ketika terjadi wabah penyakit di Syam, Umar bin Khattab segera berupaya keluar dari negeri tersebut. Ketika ditanya,"Apakah kamu hendak lari dari taqdir Allah?" maka Umar menjawab,"Ya, aku lari dari taqdir Allah untuk menuju taqdir Allah yang lain."

Rasulullah SAW pun memberi petunjuk bahwa segala bahaya (madharat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya ketiadaan logistik, tempat tinggal, masjid, sekolah, dan sebagainya. Nabi SAW bersabda,"Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi orang lain." (HR Ibnu Majah)

5. MEMPERBANYAK BERDOA DAN BERDZIKIR

Dianjurkan memperbanyak doa dan dzikir bagi orang yang tertimpa musibah. Orang yang mau berdoa dan berdzikir lebih mulia di sisi Allah daripada orang yang tidak mau atau malas berdoa dan berdizikir. Rasululah SAW mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah : "Allahumma jurnii fii mushiibatii wa akhluf lii khairan minhaa (Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.) (HR Muslim)
Dzikir akan dapat menenteramkan hati orang yang sedang gelisah atau stress.
Allah SWT berfirman :
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra’du [13] : 28)

Dzikir yang dianjurkan misalnya bacaan istighfar,"Astaghfirullahal ‘azhiem".
Sabda Nabi SAW :
"Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan membebaskannya dari kesedihan, akan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (HR. Abu Dawud).

6. BERTAUBAT

Tiada seorang hamba pun yang ditimpa musibah, melainkan itu akibat dari dosa yang diperbuatnya. Maka sudah seharusnya, dia bertaubat nasuha kepada Allah SWT. Orang yang tak mau bertaubat setelah tertimpa musibah, adalah orang sombong dan sesat.
Allah SWT berfirman :
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar." (QS asy-Syuura [42] : 30)
Sabda Nabi SAW "Setiap anak Adam memiliki kesalahan (dosa). Dan sebaik-baik orang yang bersalah, adalah orang yang bertaubat." (HR at-Tirmidzi).

Bertaubat nasuha rukunnya ada 3 (tiga). Pertama, menyesali dosa yang telah dikerjakan. Kedua, berhenti dari perbuatan dosanya itu. Ketiga, ber-azam (bertekad kuat) tidak akan mengulangi dosanya lagi di masa datang. Jika dosanya menyangkut hubungan antar manusia, misalnya belum membayar utang, pernah menggunjing seseorang, pernah menyakiti perasaan orang, dan sebagainya, maka rukun taubat ditambah satu lagi, yaitu menyelesaikan urusan sesama manusia dan meminta maaf.

7. TETAP ISTIQOMAH PADA ISLAM

Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat. Misalkan saja upaya kotor berupa Kristenisasi. Caranya adalah dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah, dan sebagainya.
Tapi semuanya itu tidaklah diberikan dengan tulus, melainkan ada maksud keji di baliknya. Ujung-ujungnya, orang-orang kafir itu ingin sekali memurtadkan orang Islam menjadi orang Kristen. Na`uzhu billah min dzalik.

Di sinilah seorang muslim dituntut untuk bersikap istiqamah, yaitu konsisten di atas satu jalan dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.
Allah SWT mewajibkan kita istiqamah :
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS
Huud [11] : 112)
Muslim yang murtad (keluar dari agama Islam) dan menjadi pemeluk Kristen, sungguh telah tertipu mentah-mentah dunia akhirat.
Allah SWT berfirman :
"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang siasia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS al-Baqarah [2] : 217)

Karena itu wajiblah bagi kita untuk terus istiqamah mempertahankan keislaman kita. Jangan mudah tergiur oleh bujuk rayu setan berbentuk manusia itu. Jangan mati kecuali tetap memegang teguh agama Islam. Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS Ali ‘Imraan [3] : 102)

Demikianlah atara lain pedoman Islam dalam menyikapi musibah. Khususnya bagi shahibul musibah (yang terkena musibah). Dengan berpegang teguh dengan pedoman-pedoman Islam di atas, mudah-mudahan Allah SWT akan memberikan rahmat, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kita semua. Amin ! [ ]

Tentang anak

Berbicara mengenai anak tentu saja banyak hal yang perlu dibahas karena banyak para orang tua saat ini sudah peka akan perkembangannya terutama mengenai perkembangan, dibawah ini contoh yang berkaitan dengan perkembangan anak secara psikologi:
1. Aktif
Si kecil sedang berada pada tahap perkembangan sensori motorik yang sangat pesat. Umumnya si 2 tahun memiliki rasa ingin tau yang besar terhadap lingkungannya. itu sebabnya, ia tampak sanngat aktif mengeksplorasi apa saja yang ada disekitarnya. Ada baiknya anak tidak dilarang atau dibatasi ruang geraknya, sehingga dia dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Si kecil akan terbantu apabila anda memberikan aktivitas fisik yang terarah, sehingga melatihnya mengontrol diri. Namun perlu dicermati, sejalan dengan perkembangan usianya, apakah aktivitas anak sesuai atau tidak dengan situasi yang ada.
Misalnya, jika berada dalam kamar dan hendak tidur si kecil masih berlarian, ajak dia ' membaca ' buku cerita dengan memperagakan beberapa gerakan yang berkaitan dengan isi cerita. Selain itu, perhatikan ketika dia bermain dengan beberapa anak seusianya, apakah perilakunya kurang lebih sama atau sangat berbeda dengan kebanyakkan anak lain. jika berbeda, Anda dapat menyampaikannya pada, seperti psikolog atau dokternya.

2. Tanpa Komunikasi
Meskipun anda tetap berkomunikasi dengan anak, namun relasi Anda dan suami yang tidak harmonis akan mempengaruhi suasana di rumah. anak adalah obsever yang tajam, sehingga relasi yang kurang hangat serta konflik antar orang tua bisa dia lihat dan rasakan. Anak sangat membutuhkan lingkungan keluarga yang hangat yang penuh kasih sayang antar anggota di dalamnya, sehingga emosinyapun bisa berkembang positif. konflik relasi orangtua pada akhirnya sering menyebabkan anak mengalami masalah perilaku dan perkembngan emosinya, seperti lebih menjadi agresif, tantrum ( bisa dalam bentuk marah, rewel dan ngambek ), merasa bersalah, hilangnya rasa percaya terhadap orang lain, memiliki kecemasan yang tinggi, dan sebagainya. Oleh Sebab itu, d4emi kebaikan nda sekeluarga, saya sangat menyarankan Anda dan Suami menyelesaikan masalah, atau meminta bantuan profesional.

Mengelola Amarah

Marah itu perlu dan harus dilakukan oleh setiap individu. hanya saja marah pada waktu dan tempat yang tepat itu sulit dilakukan. Marah merupakan reaksi terhadap motif-motif yang tidak terpenuhi. Sejak kecil bahkan sejak bayi kita sudah mampu untuk melakukan perilaku marah tersebut. Namun pada bayi dan anak yang belum bisa bicara perilaku marah biasanya berupa tangisan. Marah biasanya selalu dikonotasikan pada hal-hal yang negatif. Orang yang pemarah biasanya tidak banyak disukai orang. Islam sebagai agama Rahmatan Lil'alamin mengajarkan bagaimana membuat amarah tersebut menjadi tidak liar, ganas dan membahayakan orang lain.hal ini tercantum dalam surat Ali Imran ayat 134.
Terapi agama dalam mengendalikan marah:
1. Setiap pagi awali hari dengan perkataan "hari ini saya tidak boleh marah"
2. Ketika mau marah segeralah memohon perlindungan dari godaan syetan yang terkutuk.
Terapi Psikologi dalam mengendalikan marah:
1. Pandanglah wajah anda dicermin ketika sedang marah dan bayangkan bagaimana jika wajah anda yang sedang masam berubah senyum. kemudian tanyalah diri sendiri berapa lama akan berwajah masam seperti itu.kemudian beranilah untuk tertawa sekeras-kerasnya.
2. Hilangkan energi yang meledakan itu dengan melakukan kegiatan.seperti berjalan atau belanja.
3. Tulislah surat yang paling keji yang dapat anda lakukan.

Bergaul dengan teman

Membudayakan dalam diri sifat selalu menahan diri dan suka memberi maaf atas segala kekhilafan teman-teman. Jangan sekali-kali menunjukkan sikap kasar dan kaku, sebab yang demikian itu termasuk sifat-sifat manusia-manusia tiran yang sombong. Jangan pula mengecam kepada seseorang diantara mereka yang melanggar hak pribadi atau kurang memperhatikannya. Kecuali apabila ia memang seorang yang benar-benar tulus dalam persahabatan dan telah teruji kesetiaannya. Akan tetapi apabila pelanggaran tersebut menyangkut hak Alloh atau hak-hak hamba-Nya, maka dalam hal ini jangan begitu saja memaafkan mereka. Hanya saja tetap diperlukan pertimbangan berkaitan dengan keadaan mereka dalam hal kuat atau lemahnya keyakinan keberagamaan. Maka hendaknya bersikap lebih lunak terhadap para pemula diantara mereka yang masih lemah agamanya, dibandingkan bila berhadapan dengan mereka yang sudah kuat. Akan tetapi bagaimanapun juga sikap lemah lembut merupakan hal yang secara mutlak lebih banyak mengandung kebaikan, maka hendaknya selalu lebih diutamakan dalam bersikap.Bergaullah dengan cara sebaik-baiknya. Lupakan saja kebanyakan diantara kesalahan-kesalahan mereka, khususnya kesalahan tertentu yang tidak akan terlepas darinya kecuali orang-orang khusus diantara hamba-hamba Alloh yang sholeh. Jadikanlah bincang-bincang bersama mereka itu selalu tentang hal-hal yang yang mendatangkan manfaat bagi mereka, yang mampu meluruskan agama mereka dan memenuhi hajat mereka dalam kehidupan dunia dan akherat mereka. Jangan berbincang dengan mereka dalam hal-hal selain itu, kecuali pada saat-saat tertentu dengan niat hanya sekedar menghibur hati, sepanjang memang diperlukan.Dan seandainya ada orang yang menyakiti hati, dengan ucapan ataupun perbuatan, memaki-maki, menyebut dengan sesuatu yang buruk di hadapan khalayak, maka janganlah membalasnya dengan perlakuan yang serupa. hendaknya memaafkannya dan melepaskannya dari dosa kesalahannya itu, tanpa menyisakan sedikitpun rasa dendam atau permusuhan terhadapnya. Seperti itulah akhlak yang layak disandang orang-orang shiddiqqin. Atau jika tidak mampu berbuat demikian, maka serahkan saja urusannya kepada Alloh dan cukuplah Alloh sebagai pembelamu terhadapnya.

Senin, 07 Juni 2010

Arsitek Malang

Suatu ketika Kisra Persia yang terkenal Yazdajir al-Atsim bin Bahran merasa tidak nyaman tinggal bersama puteranya di istana Persia. Dia mulai berfikir membangun sebuah istana indah yang tanang, sejuk, jauh dari kebisingan sekaligus tempat, dimana dia bisa beristirahat dengan tenang dan menjadi obat bagi penyakitnya.
Para pejabatnya menyarankan bahwa istana itu bisa dia bangun disebuah tempat bernama al-Khauniq di pinggir sungai tigris di wiyah al-Hirah. Maka Kisra mengutus pembesarnya untuk menemui Nu’man bin Umrul Qais gubernurnya sekaligus sebagai penguasa Hirah, agar bisa membangunkan istana untuknya dengan sangat bagus. Sesuai perintah Kisra Nu’man mulai mencari arsitek yang terkenal untuk membangun istana yang dimaksud. Akhirnya Nu’man mendapatkan seorang arsitek terkenal bernama Sinnimmar.
Mulailah sang arsitek merancang bangunan istana tersebut, kemudian membangunnya bersama para buruh. Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya pembangunan istanapun selesai. Nu’man memanggil Kisra ke al-Hirah untuk melihat istana yang sudah selesai dibangun tersebut. Alangkah kagumnya Kisra setelah melihat banguan istana itu yang belum pernah dia melihat ada istana yang seindah ini. Kisra bertanya kepada nu’man tentang arsitek yang merancang dan membangun istana itu. Kisra memberitahukan kepada Nu’man untuk mengundang sang arsitek ke istana ini, karena Kisra ingin berkenalan dengannya.
Setelah itu, dikirimlah undangan kepada sang arsitek supaya menemui Kisra di istana yang dia bangun. Alangkah senangnya hati sang arsitek karena akan menemui Kisra. Sang arsitek membayangkan hadiah besar yang akan diterimnya dari kisra sebagai imbalan jasanya yang telah membangun istana indah.
Keesokan harinya, sesuai jadwal yang ditentukan datanglah sang arsitek menemui kisra di istana tersebut. Kisra menyambut kedatangan sang arsitek dengan senyum dan wajah ceria. Kisra berkata, “Saya sangat senang dan bangga dengan istana yang engkau bangun ini. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat mengagumkan”. Sang arsitek hanya bisa senyum dengan wajah berseri- seri mendengar pujian Kisra kepadanya.
Kemudian Kisra mengajaknya berjalan-jalan sambil mengelilingi seluruh sudut istana untuk melihat keindahan bangunannya dan alam sekitar istana. Selanjutnya Kisra mengajak sang arsitek ke lantai paling atas dari sitana itu. Di sisnilah sang kisra merasakan kekaguman luar biasa dengan istana yang dibangun sang arsitek tersebut. Kisra kemudian bertanya, “Hai Sinnimmar! Adakah istana yang lebih indah dari ini?”. Sang arsitek menjawab, “Belum ada hai tuanku, inilah istana paling indah dan megah yang pernah ada”. Kisra kembali bertanya, “Adakah orang lain yang bisa membangun istana seperti ini selain engkau?”. Sang arsitek menjawab, “Tidak ada seorangpun yang bisa membangun istana seperti ini selain saya hai paduka”.
Mendengar jawaban sang arsitek kisra berfikir, jika saja saya membiarkannya hidup pastilah dia akan membangun istana seperti ini atau mungkin lebih indah dari ini untuk orang lain nantinya. Dengan fikiran seperti itu, maka kisra memerintahkan para tentaranya untuk melemparkan sang arsitek dari atap istana itu, hingga sang arsitek meninggal dunia. Hal itu kemudian dibuat sebagai perumpamaan bagi orang Arab dengan sebutan, “Jazâ’u al-Sinnimmâr”
Adapun pelajaram yang bisa diambil dari kisah di atas adalah, selayaknya bagi seseorang memberikan balasan yang baik atau yang lebih baik bagi orang yang telah berbuat baik kepadanya. Janganlah seseorang membalasi perbuatan baik orang lain kepadanya, dengan perbuatan jahat apalagi yang bisa mencelakakannya. Begitulah peringatan Allah dalam surat ar-Rahman [55]: 60
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
Di samping itu, jika seseorang melakukan suatu pekerjaan maka janganlah terlalu mengharapkan balasan dari manusia lain. Hendaklah seseorang mengerjakan sesuatu, dengan penuh keikhlasan karena mengharapkan keridhaan Allah semata. Kalaupun kemudian manusia memberikan penghargaan sebagai balas jasa atas pekerjaan kita, maka itu juga mesti kita terima dan syukuri. Akan tetapi, jika tidak ada balas jasa dari orang lain, kitapun tidak kecewa dan merasa kesal, karena kita yakin balasan yang besar ada di sisi Allah.
Begitulah sikap para nabi dan rasul Allah ketika berbuat baik kepada umatnya, seperti yang digambarkan Allah swt. dalam banyak ayat-Nya. Sikap tanpa pamrih, adalah sikap yang menjadi ciri khas setiap nabi dan rasul Allah. Lihat misalnya surat yunus [10]: 72, nabi Nuh as. membantah anggapan kaumnya.
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Saya tidak pernah meminta balasan dari kalian atas perbuatanku karena balasanku hanyalah dari Allah.”
Begitu juga yang dikatakan nabi shalih as. kepada kaumnya, seperti firman Allah dalam surat Hud [11]: 51
يَاقَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Wahai kaumku aku tidak pernah meminta balasan dari kalian sesungguhnya balasanku dari Tuhan Yang menciptakanku.”
Nabi Hud as. juga mengatakan hal yang sama kepada kumnya “dan saya tidak pernah meminta balasan dari kamu semua karena balasan saya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 127. Begitu juga nabi Luth as mengatakan kepada kaumnya, “ dan saya tidak pernah meminta balasan dari kamu karena balasan saya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 164. Selanjutnya, nabi Syu’aib as juga mengatakannya kepada kaumnya “ dan saya tidak pernah meminta balsan dari kamu atas perbuatanku karena balasanku dari Tuhan semesta alam (Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 180. Dan terakhir Nabi Muhammad saw, juga mengatakan hal yang senada kepada umatnya “Katakanlah (Muhammad) saya tidak pernah meminta balasan dari dakwah dan perbuatanku kepadamu kecuali siapa yang menginginkan maka dia akan mengambil jalan Tuhannya (Q.S. al-furqan [25] : 55.
Dengan demikian, orang yang berlaku ikhlâs dalam berbuat baik atau beribadah, berarti dia sudah memiliki salah satu sifat istimewa para nabi dan rasul Allah. Sehingga, orang yang ikhlâs akan mendapat posisi di sisi Allah seperti layaknya para utusan Allah tersebut.

Takut Neraka

Dikisahkan, bahwa seorang kakek sedang berjalan di sebuah perkampungan. Saat itu sang kakek menemukan seorang anak kecil sedang menangis tersedu-sedu. Kakek itupun segera menghampirinya dan bertanya kenapa dia menangis seperti itu. Setelah berhenti dari tangisnya, anak kecil itu menjawab, “Kakek! Saya menangis, karena beberapa saat yang lalu ketika saya berada di masjid, ada seorang yang membaca sebuah ayat berbunyi
لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 24)
Itulah yang membuat saya menagis kek, karena saya takut dimasukan ke dalam neraka yang panas itu”, lanjutnya. Mendengarkan keterangan anak kecil tersebut, kakek itupun memahami sebab kenapa dia menangis. Sang kakek kemudian berkata kepada anak itu, “Kalau begitu, kamu tidak usah menagis dan takut. Sebab, kamu masih kecil dan belum diberati hukum dan tidak ada dosa bagimu. Jika kamu mati, Allah tidak akan memasukanmu ke dalam neraka”.
Mendengarkan jawaban kakek itu, anak kecil tersebut kembali berkata, “Bukankah kakek sudah sangat tua? Kenapa kakek tidak memahami sesuatu yang sudah menjadi pengetahuan umum? Tidakkah kakek lihat, kalau orang mau menghidupkan api, yang dimasukan pertama adalah kayu yang kecil-kecil, baru kemudian kayu yang besar-besar?”. Kakek itupun terdiam mendengarkan jawaban anak kecil itu, kemuidan dia meminta ampun kepada Allah dan mengucapkan terima kasih kepada anak kecil itu, karena telah mengingatkannya akan rasa takut terhadap azab Tuhan.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, bahwa semestinyalah semua orang merasakan takut akan azab dan siksa Tuhan. Janganlah seseorang merasa yakin dan optimis akan terlepas dari siksa Tuhan yang amat pedih. Hendaklah rasa takut dan cemas selalu ditumbuhkan dalam diri setiap orang, agar bisa memacu dirinya untuk lebih giat beribadah kepada Allah.
Sebagian besar sahabat yang mulia dan para aulia serta orang-orang shalih dahulu, selalu menagis di tengah malam saat mereka shalat malam, karena merasakan bahwa neraka dan siksa Tuhan hanya disediakan untuk dirinya saja. Sehingga, dengan perasaan seperti ini, seorang tidak sombong dengan banyaknya amal yang telah dilakukannya, sekaligus selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalnya itu tanpa henti sampai akhir hayatnya. Perjuangan tanpa henti inilah yang akan membuat manusia memperoleh rahmat Allah nantinya. Hal itu disebutkan dalam surat Ali-Imran [3]: 142
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk sorga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kamu dan belum nyata siapa yang sabar.”

Membalas Kebaikan

Dikisahkan, bahwa pada suatu ketika seekor semut pergi ke sebuah selokan untuk meminum air, karena merasa haus setelah seharian bekerja mengumpulkan makanan. Begitu sampai di selokan, ia pun turun menuju air yang ada di sana, namun kakinya terpeleset dan iapun jatuh lalu tercebur ke dalamnya. Semut itu berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri, akan tetapi ia tidak mampu berenang. Iapun nyaris tenggelam.
Di tempat itu, ada seekor merpati yang sedang bertengger di atas sebuah batu selokan tersebut. Merpati melihat semut yang nyaris tenggelam itu marasa kasihan terhadapnya. Iapun terbang mencari sehelai daun untuk menyelamatkan semut tersebut. Setelah mendapatkan sehelai daun, merpati terbang dengan membawa daun di paruhnya. Sesampainya di dekat semut itu, ia menjulurkan daun itu ke dalam air, sehingga semut itu naik ke daratan dengan selamat.
Beberapa hari kemudian, merpati itu hinggap dan bertengger di sebuah pohon untuk beristirahat dan melepaskan rasa lelah setelah seharian terbang mencari makanan. Namun, seorang pemburu lewat di tempat itu dan melihat merpati sedang asyik menikmati istirahatnya. Pemburu itu mencari tempat bersembunyi dan mengarahkan senjatanya kepada merpati yang sedang bertengger di atas pohon itu. Karena lelah, merpati itu tidak menyadari kalau nyawanya sedang dalam bahaya, sehingga iapun tidak berusaha terbang untuk menyelamatkan diri.
Untunglah ketika itu semut yang diselamatkan merpati tersebut berada di tempat itu. Ia perlahan-lahan mendekati pemburu yang sedang mengintai merpati tersebut. Ia memanjat tubuh pemburu itu dan begitu sampai di salah satu bagian tubuhnya, semut itu menggigit pemburu dengan kerasnya, sehingga dia terkejut dan pelurunya meleset dari sasaran. Merpatipun selamat dari maut, karena bantuan semut yang pernah ditolongnya itu.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, bahwa jika seseorang berbuat baik kepada siapapun, maka kebaikan itu akan kembali kepadanya. Akan tetapi, jika seseorang berbuat kejahatan, maka kejahatan itupun akan kembali kepadanya. Begitulah yang ditegaskan Allah dalam firman-Nya surat al-Isra’ [17]: 7.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا….
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri…”
Begitu juga, hendaklah seseorang membalasi kebaikan yang pernah dilakukan orang lain terhadapnya dengan kebaikan serupa atau bahkan lebih baik dari yang diberikan orang lain. Janganlah kebaikan dibalasi dengan kejahatan, Karena amat buruklah perbuatan seperti itu di sisi Allah. Dalam surat ar-Rahman [55]: 60 Allah swt berfirman
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”

Si Penghuni Neraka

Disebutkan dalam sebuah kisah, bahwa nabi Musa as. suatu ketika ingin menemui Tuhan dan berdialog dengan-Nya. Di tengah perjalanan, nabi Musa as. dicegat oleh seorang abid. Sang abid berkata kepada Musa as. “Hai Musa mau kemana engkau?”. Nabi Musa menjawab, “Saya ingin menemui Tuhan dan berbicara dengan-Nya”. Sang abid berkata, “Hai Musa! tolong nanti engkau katakan kepada Tuhan, bahwa di sana terdapat hamba-Nya yang sudah puluhan tahun menghabiskan umurnya beribadah kepada-Nya. Dia mengasingkan dirinya di sebuah goa dan menghindarkan manusia banyak demi hanya untuk beribadah kepada Tuhannya. Tanyakan kepada Tuhan, sorga yang mana yang pantas untuknya.”
Setelah nabi Musa as. menemui Tuhan dan berbicara dengan-Nya, maka Musa menyampaikan pesan sang abid tersebut. Setelah mendengarkan uraian Musa tentang abid itu, maka Allah swt mengatakan bahwa tempatnya adalah neraka.
Nabi Musa as. kemudian pulang dan ditengah perjalannya, kembali bertemu dengan sang abid. Nabi Musa as memberitahukan apa yang dikatakan Tuhan kepadanya, bahwa dia akan masuk neraka. Sang abid kemudian, berfikir bagaimana mungkin dia bisa masuk neraka dengan kesalehan yang dinilainya sangat tinggi. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kelak nasib orang-orang yang tidak pernah beribadah kepada Tuhan.
Sang abid kemudian berkata kepada Musa, “Hai Musa! besok jika engkau kembali menemui Tuhan, tolong katakan kepada-Nya; jika saya mesti masuk neraka, maka tolong jadikan tubuhku ini sebesar-besarnya hingga menutupi pintu neraka sehingga tidak ada manusia lain yang bisa memasukinya. Jika saya harus masuk neraka, biarlah saya sendiri saja yang menjadi wakil semua manusia yang akan masuk neraka. “Nabi Musa as kemudian datang lagi menemui Tuhan dan menanyakan kembali tentang abid tersebut. Allah swt menjawab “Dia adalah penghuni sorga”.
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, bahwa betapa kesalehan seseorang kepada Allah tidak menjadi jaminan dia menjadi penghuni sorga, jika dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Sebab, dalam menjalankan kehidupan di dunia ini ada dua hal yang mesti dijaga oleh manusia; hubungan baik dengan Allah (habulum minallâh), dan hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannâs). Jika salah satunya tidak dijalankan manusia, maka tentu tujuan dan maksud penciptaanya tidak tercapai.
Bahkan jika dihayati semua ritual ibadah yang dilaksankan umat Islam, maka kedua hal di atas adalah bagian yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Setiap ibadah ritual (mahdhah) yang diperintahkan Allah kepada manusia selalu memiliki dua dimensi; dimensi vertikal (hablum minallâh), dan dimensi horizontal (hablum minanâs). Misalnya, shalat yang dimulai dengan takbir; mengagungkan Allah swt dan diakhiri dengan salam; mendo’akan orang-orang yang di sekeliling. Begitu juga puasa, walaupun wujudnya menahan haus dan lapar sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah swt, namun pada hakikatnya Allah mengajak manusia untuk ikut merasakan apa yang sering dirasakan oleh manusia lain yang hidup dalam kekurangan, sehingga orang yang berpuasa memiliki simpati dan empati kepada penderitaan sesama dan perasaan mau berbagi yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk zakat fitrah. Zakat juga begitu yang walaupun tujuannya mensucikan harta dan jiwa karena Allah, akan tetapi pelaksanaanya adalah bahwa harta itu diberikan kepada orang lain yang membutuhkan begitulah seterusnya. Bahkan pelanggaran terhadap aturan agama yang mengharuskan seseorang membayar denda (dam), bentuknya tetap dalam kerangka kepedulian sosial; yaitu memberi makan orang miskin.
Begitu pentingnya menyatukan kesalehan dalam ibadah ritual dengan kesalehan sosial. Al-Qur’an dalam banyak ayatnya mengecam manusia yang rajin beribadah, namun ibadahnya tidak memberi bekas pada kesalehan sosilnya. Seperti dalam surat al-Ma’un [107]: 4-5
فويل للمصلين (4) الذين هم عن صلاتهم ساهون (5)
Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.(4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya(5).”
Lalai yang dimaksud di sini adalah tidak mengayati shalat yang dilakukannya. Sebab, dalam ayat di atas Allah swt menggunakan kata (عن) yang berarti dari atau tentang. Oleh karena itu, yang dimaksud orang shalat yang celaka oleh Allah dalam ayat ini bukannya lalai dalam pelaksanaan shalat, namun tidak menghayati makna shalatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang mengerjakan shalat, namun tidak punya rasa simpati kepada penderitaan orang lain atau tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama juga dikategorikan celaka, karena shalat mengajarkan kepedulian melalui salam sebagai salah satu rukunnya,begitulah seterusnya.

Renungan ; Burung Dara dan Tikus

Dikisahkan sekelompok burung dara yang berjumlah ratusan ekor atau bahkan ribuan selalu terbang melintasi sebuah daerah. Ternyata selama ini, ada seorang pemburu yang setiap hari memperhatikan rute terbangnya gerombolan burung dara tersebut. Suatu hari, pemburu itu memasang umpan dan jerat di sebuah lokasi tempat melintasnya gerombolan burung dara. Tidak lama kemudian, gerombolan burung darapun terbang melintasai kawasan yang sudah dipasang jerat oleh pemburu tadi. Beberapa ekor burung dara ternyata melihat umpan yang ditaburkan oleh pemburu, sehingga mereka berteriak "Itu ada makanan dibawah, marilah kita turun!". Ternyata gerombolan burung dara itu memiliki raja yang memimipin mereka. Raja burung itu mengingatkan agar berhati-hati karena bisa saja itu jebakan. Ternyata dugaan raja burung tidak melesat, karena setelah semua mereka turun pemburu langsung menarik jeratnya hingga semua burung dara terjerat di jeratnya sang pemburu. Semua mereka meronta melepaskan diri dari jerat yang mengikat mereka, namun usaha mereka sia-sia saja. Akhirnya raja burung mengingatkan akan kebersamaan seraya berkata “Wahai saudara-saudaraku! bila masing-masing kita berjuang sendiri-sendiri, maka saya yakin semua kita akan celaka, marilah kita semua bersatu, kita kumpulkan semua kekuatan yang kita miliki, saya akan menghitung sampai tiga kali dan hitungan ketiga kita terbang secara serentak sehingga jerat ini bisa kita terbangkan”. Sesuai dengan instruksi raja burung dara semuanya secara serempak terbang dan menghasilkan kekuatan yang sangat besar, hingga jerat sang pemburu tercabut dan dibawa terbang oleh gerombolan burung dara.
Sang pemburu tenyata mengikuti arah terbangnya gerombolan burung dara, karena dia yakin nanti burung itu akan letih dan akan jatuh secara bersamaan. Raja burung dara mengetahui bahwa mereka diikuti, kemudian memerintahkan kawan-kawanya sambil berkata "Marilah kita terbang ke balik bukit itu, karena saya yakin pemburu itu tidak akan bisa mendakinya dan di balik bukit itu ada teman saya seekor tikus, marilah kita ke sana untuk meminta bantuannya melepaskan kita semua dari ikatan jerat ini”. Atas saran raja mereka, semua burung dara mengikutinya hingga sampailah mereka di balik bukit yang ditunjukan oleh raja mereka dan turunlah mereka di depan lobang tikus; sahabat raja burung dara itu. Raja burung dara berseru memanggil temannya tikus. Tak lama kemudian keluarlah tikus sahabatnya sambil bertanya keheranan "Apa yang terjadi sahabatku? Kenapa kakimu terjerat?". Raja burung menjelaskan peristiwa yang telah mereka alami dan berkata "Itulah maksud kedatangan saya dan teman-teman saya, meminta bantuanmu". Sang tikus lalu bergegas menuju kaki raja burung dara sahabatnya itu dan bermaksud melepaskan ikatan tali dari kakinya. Namun raja burung itu mengelak sambil berkata "Jangan saya yang engkau tolong terlebih dahulu, tetapi lepaskanlah tali ini dari kaki kawan-kawanku". Tikus menjadi heran dan bertanya "Ada apa denganmu? Bukankah engkau perlu bantuan?". Raja burung menjawab " Betul, saya perlu bantuanmu, tapi bila saya yang engkau tolong terlebih dahulu, saya khawatir karena jumlah kami banyak, engkau akan kehabisan tenaga sebelum semua kami engkau lepaskan dari ikatan ini. Dan mungkin engkau akan berhenti dan membiarkan mereka terjerat, karena antara engkau dan mereka tidak ada ikatan apa-apa, engkau hanya bersahat denganku. Nemun, bila aku yang engkau bebaskan terakhir, walaupun engkau mengalami kelelahan dan kepayahan disaat engkau melepaskan ikatan ini, namun ketika engkau masih melihatku terjerat, engkau pasti merasa kasihan dan akan tetap bersemangat serta tidak akan berhenti sampai semuanya bisa lepas dari ikatan ini". Sang tikus merasa sangat kagum dengan sikap temannya sebagai raja, terhadap bawahan dan rakyatnya.
Dari kisah di atas, dapat diambil sebuah pelajaran tentang bagaimana sikap seorang pemimpin dalam memberikan pengayoman kepada rakyatnya. Seorang pemimpin hendaklah lebih mendahulukan keselamatan dan kemashlahatan rakyatnya di atas keselamatan dan kepentingannya sendiri. Pemimpin sepeerti itu adalah pemimpin yang menjadi teladan bagi masyarakatnya. Kepemimpinan seperti itulah yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifah ar-Rasyidun sesudahnya. Bahkan Umar bin Khattab ra. pernah berkata “Bilamana umat ini ditimpa kelaparan biarlah, saya yang pertama merasakan lapar itu, namun bilamana umat ini merasa kekenyangan biarlah saya orang terakhir yang merasakan kenyang itu". Itulah bentuk seorang pemimpin (imam) yang selalu mengedepankan kebaikan dan kepentingan rakyatnya.

Renungan

Suatu ketika, seekor burung merpati hendak bertelur, maka mulailah ia membangun sarang dengan mengumpulkan dan merajut berbagai jenis dedaunan dan rerumputan. Ia membangun sarang di atas sebuah pohon korma yang tinggi menjulang ke langit.
Setelah bertelur kemudian mengeraminya, maka tibalah saat anaknya lahir. Akan tetapi, begitu anaknya lahir datanglah seekor srigala yang berteriak di bawah pohon korma tempat merpati bersarang. Srigala itu menyuruh merpati agar menjatuhkan anak-anaknya dan menggertaknya dengan ancaman jika ia tidak menjatuhkan anaknya, maka srigala itu akan naik ke atas pohon dan memakannya. Merasa takut akan ancaman srigala itu, merpati dengan berat hati menjatuhkan anaknya untuk menjadi santapan srigala.
Kemudian masa terus berlalu, hingga datang kembali masa bertelur burung merpati tersebut. Seperti biasanya ia kembali membangun sarang di puncak sebuah batang korma. Setelah bertelur, mengerami, maka tibalah saat kelahiran anak-anaknya. Teringat kejadian yang lalu, burung merpati kembali merasa sedih dan cemas, karena ia yakin srigala itu akan datang lagi dan meminta anak-anaknya untuk menjadi santapan.
Burung merpati sedang dirudung rasa sedih, cemas, dan takut, hingga dia bermenung di atas pelepah korma tempat dia bersarang. Saat itulah datang seekor bangau yang sedang melintasi pohon tempat merpati bermenung. Melihat kondisi merpati yang sedang menanggung beban dan masalah yang amat berat, burung bangau berhenti dan bertanya, “Apa gerangan yang membuat engkau bersedih seperti ini?”. Merpati menjawab, “Bagaimana saya tidak akan bersedih dan risau, karena sebentar lagi anak-anak saya akan lahir. Akan tetapi, saya yakin srigala itu datang lagi dan meminta anak saya untuk menjadi makanannya. Itulah yang terjadi terhadap anak-anak saya sebelumnya”.
Mendengar cerita burung merpati, bangau menjadi tertawa melihat kepolosan merpati. Ia berkata, “Maukah engkau saya ajarkan cara selamat dari ancaman srigala itu?”. Burung merpati menjawab dengan rasa senang hati, “Tentu wahai sahabatku”. Bangau kemudian berkata, “Nanti, jika ia kembali datang kepadamu dan meminta anakmu katakan kepadanya, aku tidak akan memberikan anak-anakku, jika engkau mau silahkan engkau naik ke atas batang pohon ini”. Srigala itu tidak akan berani naik ke atas pohon ini, karena ia tidak bisa naik pohon.
Seperti dugaan merpati, setelah anaknya lahir kembali srigala itu datang kepadanya dan meminta anak-anaknya. Sesuai anjuran bangau, merpati berteriak dari atas pohon, “Kalau engkau ingin anakku, silahkan naik sendiri ke atas batang pohon ini”. Mendengar jawaban merpati srigala merasa heran, lalu bertanya, “Siapa yang mengajari engkau berbicara seperti itu?”. Dengan cepat merpati menjawab, “Burung bangau yang telah mengajari aku”. Srigala kembali bertanya, “Di mana saya akan menemuinya”. Jawaban merpati, “Dia ada di pingir sungai, dengan menunjuk ke arah di mana burung bangau berada”.
Srigala kemudian bergegas ke tempat burung bangau berada, dan seperti yang ditunjukan merpati, ternyata ia memang sedang bermain di pinggir sungai.
Dengan wajah ceria dan penuh persahabatan srigala mendekati bangau sambil berkata, “Alangkah sempurnaya ciptaan Tuhan terhadapmu wahai burung bangau. Engkau diberikan Tuhan sesuatu yang tidak dimiliki makhluk lain. Engkau memiliki tubuh yang indah, leher yang panjang, dan sayap yang indah. Engkau bisa melakukan perjalan dalam sehari yang makhluk lain melakukannya dalam setahun. Akan tetapi, saya tidak tidak tahu bagaimana caranya engkau melindungi kepalamu dari terpaan angin kencang?”. Burung bangau terlena mendengar pujian srigala, hingga dengan bangga ia menjawab, “Caranya sangat gampang temanku, jika angin datang dari arah kanan maka saya menyembunyikan kepala saya di dalam sayap yang sebelah kiri. Jika anginnya datang dari arah kiri, maka saya menyembunyikan kepala saya di sayap sebelah kanan”. Srigala kembali bertanya, “Bagaimana jika yang datang adalah angin puting beliung dan bertiup dari semua arah, di manakah engkau sembunyikan kepalamu?”. Bangau menjawab, aku menyembunyikan kepalaku di bawah badan”. Srigala berkata, “Bagaimana mungkin engkau akan melakukannya, saya benar-benar tidak percaya sebelum aku melihatnya”.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi, bangau mencontohkan bagaimana ia menyembunyikan kepalanya di bawah badannya. Saat itulah dengan cepat srigala melompat menerkam leher bangau, hingga ia jatuh tak berdaya dan menjadi santapan srigala.
Dari kisah di atas dapat diambil beberapa pelajaran. Pertama, seseorang yang memberi yang nasehat orang lain untuk sebuah kebaikan, maka semestinya yang memberi nasehat juga harus mengamalkan nasehatnya itu. Sebab, orang yang menasehati orang lain namun melupakan dirinya sendiri tidak ubahnya seperti lilin yang menerangi orang lain, dan membakar dirinya sendiri. Teramat buruklah sifat manusia yang seperti itu, karena bukan hanya dia akan merugi di dunia namun juga merugi di akhirat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa manusia yang bersifat seperti demikian, akan dibangkitkan dari kuburnya dalam kondisi tanpa kepala. Sangatlah tepat jika Allah mencela manusia yang memiliki sifat seperti ini. Seperti celaan Allah dalam surat al-Baqarah [2]: 44
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?.”
Begitu juga celaan Allah dalam surat ash-Shaf [61]: 3
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
Kedua, dalam hidup di dunia ini sikap waspada harus selalu dimiliki termasuk kepada orang-orang terdekat sekalipun. Buruk sangka memang sesuatu yang dilarang dan merupakan sebuah dosa di sisi Allah. Namun, kewaspadaan adalah sikap yang mesti dimiliki setiap manusia, karena tidak semua orang senang dan menginginkan kebaikan untuk kita. Atau bahkan tidak selamanya orang yang kita cintai dan sayangi mendatangkan kebaikan bagi kita. Itulah yang diingatkan Allah dalam surat al-Anfal [8]: 28
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Begitu juga dalam surat at-Taghabun [64]: 14
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ…
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka;…”
Ketiga, jika seseorang berbuat baik, maka semesti kita membalasnya dengan kebaikan pula, atau bahkan berbuat yang terbaik baginya sebagai balasan kebaikan yang sudah kita terima. Janganlah hendaknya seperti merpati yang diberikan kebaikan oleh bangau, namun dia sendiri memberikan kecelakaan bagi orang yang telah berbuat baik kepadanya. Bukankah Allah telah mengingatkan dalam surat ar-Rahman [55]: 60
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
Begitu juga dalam surat al-Isra’ [17]: 7, Allah swt. mengingatkan bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri balasannya. Seperti firman-Nya
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ…
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri …”
Keempat, seseorang tidak boleh lengah dan terlena dengan pujian orang lain, karena pujian itu belum tentu sesuai dengan sebenarnya. Sangat mungkin sekali ketika seseorang memuji kita, ada sesuatu yang diinginkannya. Dalam sebuah ungkapan bijak disebutkan “Pujian adalah racun yang paling ampuh membunuh seseorang tanpa dia sendiri menyadarinya”.
Oleh karena itu, jika seseorang memuji kita maka sebaiknya kembalikanlah kelebihan itu kepada Allah. Sebab, semua kelebihan yang dimiliki seseorang adalah berasal dari Allah dan diberikan atas kemurahan-Nya. Itulah yang pernah diucapkan oleh nabi Sulaiman as. atas kelebihan yang dimilikinya. Seperti yang terdapat dalam surat an-Naml [27]: 40
...فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ….
Artinya: “…Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`mat-Nya)…”

Renungan

Suatu ketika malaikat Jibril diperintah oleh Allah untuk bertanya kepada kerbau, apakah ia senang dan bahagia diciptakan sebagai sesekor kerbau. Maka pergilah Jibril menemui kerbau yang ketika itu sedang berenang di sebuah sungai di bawah teriknya sinar matahari. Jibril pun bertanya kepadanya, “Hai Kerbau, apakah engkau senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor kerbau?”. Kerbau menjawab, “Alhamdulillâh saya senang dan bahagia sekali diciptakan Allah menjadi seekor kerbau, sehingga saya bisa berenang di air sungai seperti ini. Daripada aku diciptakan sebagai seekor kelelawar yang mandi dengan air kencingnya sendiri.”
Kemudian, malaikat Jibril pun berangkat menemui kelelewar dan menanyakan apakah dia senang dan bahagia diciptakan sebagai kelelawar. Kelelawarpun menjawab “Alhamdulillâh saya sangat senang dan bahagia diciptakan menjadi kelelawar, dengan sayap yang diberikan Allah saya bisa terbang ke mana saja dalam waktu yang singkat dan cepat. Daripada saya diciptakan sebagai seekor ulat yang ukuran tubuhnya kecil dan berjalan melata di atas bumi”.
Malaikat Jibrilpun berangkat menemui ulat dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor ulat. Ulatpun menjawab, “Alhamdulillâh saya sangat senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor ulat, walaupun berjalan melata di muka bumi namun masih dapat menyaksikan dan menatap cahaya matahari. Tidak seperti cacing yang hidup di dalam tanah, tidak berani menatap matahari dan berjalan menarik tubuhnya”.
Maka Jibril pun berangkat menemui cacing dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia diciptakan menjadi seekor cacing. Cacingpun menjawab, “Alhamdulillâh saya senang dan bahagia diciptakan sebagai seekor cacing. Walaupun tubuh saya kecil dan berdiam di dalam tanah serta tidak bisa menatap matahari, namun kalau saya nanti mati saya tidak akan mempertanggungjawabkan apa yang telah aku lakukan kepada Tuhan. Dari pada saya diciptakan menjadi manusia yang sempurna, namun jika dia tidak mampu beramal kebajikan dan menggunakan kesempurnaannya itu untuk beribadah kepada Tuhan, maka selamanya dia akan menerima siksa dari Tuhan.
Dari kisah di atas dapat diambil beberapa pelajaran. Pertama, bahwa dalam hidup di dunia ini kita haruslah selalu memandang ke bawah. Jangan membiasakan diri memandang ke atas karena akan membuat kita “silau” karenanya. Orang yang selalu melihat ke bawah akan senantiasa bersyukur dengan kondisinya apapun bentuknya. Sebab, dia akan merasakan bahwa kondisinya jauh lebih baik dan lebih sempurna bila dibandingkan orang lain.
Kedua, manusia selaku makhluk sempurna akan diminta pertanggungjawaban atas kesempurnaannya itu. Allah telah memberikan akal dan rohani kepadanya yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan itu juga manusia dibebani dengan serangkaian tugas dan kewajiban yang mesti ditunaikannya. Jika dia tidak mampu maka kelak dia akan menerima siksa dari Allah. Berbeda halnya dengan binatang yang tidak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Oleh karena itu, manusia haruslah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertanyaan Tuhan nanti di akhirat dengan melakukan amal-amal shalih.